Beragam Inovasi dan Kreasi dari Eceng Gondok
Eceng
gondok bagi kebanyakan orang dianggap sebagai tanaman pengganggu karena
bisa merusak lingkungan perairan. Proses pertumbuhannya yang sangat
cepat bisa menyebabkan lingkungan tumbuhnya seperti sungai bisa
tersumbat aliran airnya. Begitu juga dengan masyarakat yang berada di
lingkungan waduk dan danau, pesatnya pertumbuhan eceng hingga memenuhi
perairan bisa menghalangi aktivitas yang biasa mereka lakukan seperti
mencari ikan, aktivitas wisata, menjalankan perahu, hingga keramba
apung. Namun bagi orang yang jeli memanfaatkan peluang, eceng gondok
bisa menjadi bahan baku pengolahan aneka kerajinan yang bisa menembus
pasar ekspor. Hal itulah yang berhasil ditekuni Heru Budiantoro (32)
warga Piring II Murtigading Sanden Bantul, yang mendirikan Luthfi Craft
sebagai salah satu supplier aneka kerajinan dari eceng gondok kering.Memulai usaha sejak tahun 2003, Pak Heru mengaku awal mula menjalankan usaha tersebut hanya sebagai sambilan disamping kerja pokoknya di sebuah bengkel mobil. “Ketika bekerja di bengkel saya bertemu dengan salah satu supplier kerajinan yang menawarkan untuk memproduksi kerajinan eceng gondok, kemudian saya tawarkan kepada tetangga-tetangga yang telah lebih dulu ‘maen’ di eceng hingga berlanjut sampai sekarang,” terang Pak Heru tentang awal mula menjalani usaha tersebut. Sejak saat itulah, Pak Heru yang mendapat support dari istrinya memberanikan diri mendirikan Luthfi Craft sebagai nama usaha produksi aneka kerajinan eceng gondoknya.
Saat tim liputan BisnisUKM
mengunjungi rumah yang sekaligus sebagai lokasi produksi Rabu (6/3),
Pak Heru dan beberapa tenaga produksinya sedang sibuk melayani pesanan
aneka keranjang dan plismet dari salah satu perusahaan trading lokal
Jogja. Diakui Pak Heru, saat ini Luthfi Craft sudah mampu memproduksi
ratusan jenis produk berbahan baku eceng gondok. Ide dan design produk-produk tersebut merupakan kreasi sendiri dan inovasi sendiri dari Pak Heru. “Dalam menjalankan usaha kerajinan, yang paling penting adalah inovasi produk, sehingga para buyers tidak akan bosan dengan produk kita,” terang Pak Heru. Alhasil, saat ini Luthfi Craft mampu menggandeng 6 perusahaan trading yang mampu memasarkan produknya hingga ke Amerika, Australia, Jerman, Spanyol, dan negara Eropa lainnya.Bahan baku produksi didatangkan langsung dari Rawa Pening Ambarawa seharga 1,4 juta per truk dalam kondisi basah. Selanjutnya eceng gondok tersebut dijemur di Pantai Trisik Kulonprogo sekitar 2 minggu atau sesuai dengan kondisi cuaca. “Proses penjemuran sangat bergantung dengan kondisi cuaca, kalau cerah maka biasanya hanya perlu waktu 1 minggu, namun saat cuaca tidak mendukung bisa memakan waktu hingga 2 minggu,” imbuh Pak Heru tentang proses penjemuran eceng gondok.
Menurut
Pak Heru, saat ini Luthfi Craft hanya melayani pesanan baik eceran
hingga dalam jumlah yang besar. Kondisi eceng gondok yang mudah terkenda
jamur dan dimakan rayap menjadi alasan Pak Heru tidak membuat stok
produk dalam jumlah banyak. Beberapa produk yang sering diproduksi dan
mendapat pesanan antara lain plismet, keranjang, box, dan tempat duduk stool. Harga yang ditawarkan juga bervariasi tergantung jenis dan ukuran produknya. Yang paling murah adalah tatakan gelas/ coaster
seharga Rp.2.000,00; sementara yang paling mahal adalah kursi seharga
Rp.150.000,00/ pcs. Dengan harga seperti itu, Pak Heru mengakui jika
dalam sebulan Luthfi Craft mampu memperoleh omzet rata-rata 4 juta
rupiah dengan keuntungan bersih 10 %.Seperti kebanyakan usaha yang lain, Pak Heru berujar jika selama menjalankan usahanya tersebut modal sering menjadi kendala yang harus dihadapi. Untuk itu, saat ini beliau juga menginvestasikan keuntungan yang didapat dengan membangun usaha konter pulsa. “Saat ini ada empat buah konter pulsa yang kami miliki,” jelas Pak Heru. Namun produksi eceng gondok masih menjadi prioritas bapak satu orang putra tersebut. Beliau memiliki prisip selama eceng gondok masih bisa dikreasi menjadi beragam produk kerajinan, maka dirinya akan terus berkarya dan menciptakan produk-produk inovasi baru dengan bahan baku eceng gondok.
Di akhir wawancaranya, Pak Heru yang kini memiliki 30 tenaga produksi mengakui jika menjalani usaha di bidang kerajinan seperti eceng gondok harus siap mental. Hal tersebut dikarenakan selama ini meskipun melayani banyak pesanan namun keuntungan yang didapat tidaklah banyak. “Saat ini jika ingin mengambil banyak keuntungan resikonya produk tidak akan laku karena persaingan harga yang sangat ketat diantara sesama pengrajin,” kata Pak Heru. Sehingga saat ini beliau mengaku bersyukur masih sering mendapatkan pesanan baik eceran maupun partai besar. Sementara banyak usaha sejenis yang memilih gulung tikar karena kurangnya inovasi dan persaingan harga yang sangat ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar