Iseng Sulap Enceng Gondok, Jadi Bisnis Beromzet Jutaan Rupiah
Jakarta – Enceng
gondok yang sering dianggap sebagai tanaman pengganggu bagi para petani,
tidak demikian halnya bagi Rafi Hartono, pemilik Geni Art. Melalui
keuletannya, enceng gondok tersebut disulap menjadi produk kreatif yang
dapat mendatangkan pundi-pundi rupiah ke kantongnya.
Usaha kreatif Geni Art dimulai oleh Rafi
sejak 2004. Modal awal yang ia keluarkan bisa dibilang sangat kecil,
yaitu Rp 45.000. Uang ini ia gunakan untuk membeli perlengkapan gambar,
misal penggaris, cutter, dan pensil.
Ide cemerlang untuk memanfaatkan enceng
gondok ia temukan secara tak sengaja. Saat itu ia beserta teman-temannya
sedang bermain di rawa. Di rawa itulah ia menemukan enceng gondok untuk
kemudian dibuat mainan mobil-mobilan sejenis bemo.
“Setelah jadi mobil-mobilan, kita
letakkan mainan itu di pinggir jalan dengan harapan ada orang yang
tertarik saat melihatnya. Waktu itu kita belum tahu harus ke mana
memasarkan produk ini,” ungkap Rafi kepada detikFinance pekan lalu dalam acara ‘Wirausaha Bank Mandiri’.
Harapan Rafi dan temannya terkabul. Suatu
ketika datang seseorang yang menawar mobil-mobilan tersebut. Beberapa
waktu kemudian, ia didatangi oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Semarang
dengan tujuan membantu pemasaran dan pemberian dana usaha.
Produk kreatif yang ditawarkan oleh Geni
Art diantaranya adalah lokomotif kereta yang dijual dengan harga Rp 375
ribu, mobil bemo Rp 85 ribu, kotak tissue seharga Rp 35 ribu, dan tutup
lampu Rp 60 ribu.
Dalam soal pemasaran, Rafi mengaku tidak
mengalami kesulitan. Ia mengatakan membuat produk apa saja pasti akan
laku, karena produk kreatif buatannya banyak diminati oleh pembeli.
Justru yang menjadi kendala utama usahanya adalah terbatasnya SDM yang
kreatif.
“Kalau SDM sebenarnya banyak, tapi yang kreatif itu yang sulit mencarinya,” ungkapnya.
Kendala lain yang diungkapkan oleh Rafi
adalah menciptakan model atau produk terbaru bagi usahanya. Selama ini
ia menciptakan model terbaru melalui ide kreatifnya sendiri dengan
melakukan berbagai percobaan atau melalui internet.
Mengenai modal, Rafi juga tidak kuatir,
karena saat ini ada bank yang bisa memberikan modal bagi usaha kreatif
miliknya. Bank yang disebut oleh Rafi adalah Bank Mandiri.
“Modal bisa dibilang tidak ada masalah.
Untuk meminjam pun tidak terlalu sulit. Sekarang sudah ada bank yang
percaya pada kerajinan enceng gondok yang ada di tempat kami, jadi agak
mudah kalau mau meminjam,” imbuhnya.
Mengenai suplai bahan baku yang biasanya
dikeluhkan oleh para pengusaha, Rafi tidak mempersoalkan masalah
tersebut. Bahan baku enceng gondok bisa ia peroleh dengan mudah, karena
di tempat tinggalnya berdekatan dengan rawa yang memang banyak terdapat
enceng gondok.
Jika dulu ia mencari sendiri enceng
gondok tersebut, kini ia mengerahkan masyarakat setempat untuk memenuhi
kebutuhan eceng gondok itu. Biasanya ia membeli Rp 3.500/kg enceng
gondok kering atau Rp 1.500/kg untuk enceng gondok basah.
Agar enceng gondok bisa dipakai, enceng
gondok harus dalam kondisi kering. Jika ingin ecneng gondok yang
berbentuk lembaran, maka pertama-tama kupas enceng gondok untuk dibuang
isinya. Setelah itu baru kemudian dijemur.
Proses pengeringan biasanya memakan waktu
selama 3 hari. Yang perlu diingat dalam proses pengeringan adalah
jangan sampai enceng gondok bersentuhan dengan tanah karena akan
menimbulkan jamur. Jika sudah demikian, maka enceng gondok tidak bisa
dipakai lagi.
Isi enceng gondok ternyata juga tak kalah
bermanfaat dibanding kulitnya. Isi enceng gondok yang telah dihancurkan
kemudian dicampur dengan lem ternyata juga bisa bermanfaat untuk
membuat produk kreatif.
Setelah berbentuk bubur dan dicampur
dengan lem, cetak bubur tersebut sesuai keinginan. Salah satu produk
Geni Art yang terbuat dari bubur isi enceng gondok adalah tutup kampu.
Dengan ide kreatif dan larisnya pembeli,
dalam sebulan Rafi bisa memperoleh omzet sekitar Rp 8 juta/bulan.
Pengeluaran yang dikeluarkan untuk usaha ini-pun tidak terlalu besar.
Untuk memenuhi permintaan konsumen, dalam sebulan Rafi bisa menghabiskan
150 kg enceng gondok, 10 kaleng lem (30 kg/kaleng), dan 50 kertas daur
ulang.
Rafi berharap agar usaha kreatif enceng
gondok semakin berkembang dan diharapkan dapat mengurangi jumlah
pengangguran. Kini, Rafi telah memiliki showroom sendiri di rumahnya. Ia
berharap kelak showroom tersebut bisa digunakan sebagai tempat untuk
mengumpulkan berbagai hasil kerajinan kretaif di tempatnya.
“Saya ingin agar desa saya menjadi sentra kerajinan enceng gondok dan bisa dikenal hingga ke luar negeri,” pungkasnya.
Jika Anda mempunyai ide kreatif,
munculkan ide Anda dalam bentuk sebuah produk. Jika sudah demikian, maka
Anda akan mendulang kesuksesan yang sama seperti Rafi Hartono, pemilik
Geni Art.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar